Perbankan Syariah Nasional Tumbuh 47 Persen

Jumat, 11 Februari 2011, 16:36 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Aset perbankan syariah pada tahun 2010 tumbuh 47 persen dan mencapai Rp100,26 triliun. Pertumbuhan itu menjadi tanda awal dari era pengembangan perbankan syariah di Tanah Air.

"Aset yang telah tembus Rp100 triliun ini awal pengembangan perbankan syariah yang telah memiliki enam juta nasabah dan sekitar 20 ribu tenaga kerja," kata Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya Siregar, di Jakarta, Jumat.

Total aset tersebut terdiri dari aset bank umum syariah dan unit usaha syariah sebesar Rp97,52 triliun. Lalu Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar Rp2,74 triliun.


Menurut dia, dengan perkembangan yang cepat saat ini, perbankan syariah sudah menjadi industri besar yang patut dilirik para investor. "Dua bank syariah masuk 25 bank terbesar itu pertanda industri ini perkembangannya semakin baik," katanya.

Pada 2011, lanjutnya, industri perbankan syariah juga diperkirakan tumbuh antara 45 - 55 persen tergantung pada kondisi perekonomian nasional. "Kalau ekonomi tumbuh lebih baik, maka perbankan syariah bisa tumbuh 55 persen," katanya.

Dengan perkembangan ini, perbankan syariah akan bersaing secara sehat dengan bank-bank umum, dalam mencari nasabah dan menyalurkan kredit sehingga BI mengharapkan adanya coopetition (cooperation - competition) terutama dengan bank-bank induknya.

Mulya juga mengatakan pada 2011 diperkirakan pembiayaan atau kredit perbankan syariah tumbuh sekitar 40 persen sama dengan pertumbuhan kredit di 2010.

Mengenai penambahan jumlah bank syariah, Mulya mengatakan banyak investor yang berniat membuka atau mengubah banknya menjadi syariah. Salah satunya adalah dari Qatar National Bank yang berencana membeli Bank Kesawan dan mengubahnya menjadi bank syariah. "Secara lisan mereka sudah sampaikan tetapi resminya belum," katanya.

Mulya juga mengatakan setelah mendapat ijin DPR, BI akan segera bergabung dengan International Islamic Liquidity Management (IILM) pada Maret mendatang. "Kita membayar 5 juta dolar AS sebagai penyertaan masuk sebagai anggota. April kita mulai ikut rapat," katanya.

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber

0 komentar:

Posting Komentar